Selasa, 10 Februari 2009


Foto di samping memang bukan pejuang kemerdekaan seperti sosok jenderal Sudirman yang pemimpin pasukan gerilya pada masa kemerdekaan dan karena jasa2nya dibuat patung dirinya dari perunggu seberat 4 ton dengan anggaran sebesar Rp 3,5 miliar. Berdiri kokoh di depan Gedung BNI, di tengah ruas jalan yang membelah Jalan Sudirman dan berbatasan dengan Jalan Thamrin. Atau Ki Hajar Dewantara (1889-1959) yang semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional, namanya diabadikan salah satu kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara, bahkan potret dirinya diabadikan dalam uang kertas pecahan 20.000 rupiah. Bukan....bukan...bahkan untuk tingkat kelurahan saja, dua orang ini sama sekali bukan siapa2, maksudnya tidak seperti juragan tanah di kampungku, Pak Juki, yang punya tanah warisan engkong berhektar2 dan dikenal sepanjang jalan sukatani- cikarang. Bukan, sekali lagi bukan....

Atau sosok perempuannya seperti bu guru Muslimah, wanita yang sangat dikenal lewat novel best seller Andrea Hirata, Laskar Pelangi, yang edisi filmnya menembus angka 4 juta lebih penonton, mengungguli AAC bahkan AADC.

Bukan...bukan....nggak setenar orang2 itu..

Tapi jangan salah, kedua sosok yang sejak kecil aku paling kenal ini, bahkan sampai sekarang, kenyataannya sangat berpengaruh dalam kehidupanku. Ya, mereka berdua adalah ayah dan ibu yang telah membesarkan dan memeliharaku hingga saat ini. Foto ini diambil saat liburan semester bersama keluarga pak le' sekitar 3 tahun lalu di Borobudur, Magelang Jawa Tengah. Jarang2 aku dapat momen indah seperti ini, setidaknya selepas dari SD, karena sebagian besar waktu dan kesempatan banyak dihabiskan di Solo untuk sekolah. Bahkan untuk diabadikan dalam sebuah foto. It's really lucky...

Senyum di wajah mereka tampak begitu jelas di foto ini. Seperti biasanya, bapak selalu saja buat ulah yang aneh2. Lihat saja, bagaimana bapak memegang payung ala Charlie Caplin. Aneh2 saja. Haahhh....seperti baru kemarin rasanya aku merengek minta dibelikan mainan power ranger di toko mainan dekat rumah. Menarik2 bagian belakang baju mamak, waktu liat perahu otok2 yang di jual di pasar. Nagis ga berenti2nya, karena gak diajak liburan ke Cimahi. Potongan2 kenangan masa kecil terkadang sekelebat terlintas di pikiran. Begitulah masa kanak2. Semua orang pasti pernah mengalami periode itu dengan seambrek kisah lucu dan fantastik.

Bapak... kewajibanmu sebagai pemimpin keluarga sudah ditunaikan dengan sangat baik. Dalam sebuah hadits disebutkan, ada seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, " Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?" Nabi Saw menjawab, "Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu)." (HR. Aththusi)
. Yaa...meskipun kata orang namaku jawa banget, ga ada arab2 acan, apalagi konon namaku diberi salah seorang dalang di kampung. Wijananto, Wi diambil dari Wirosari (nama sebuah kecamatan di Purwodadi) dan Ja = Jakarta, Nanto panggilannya. Mungkin maksudnya, saat itu ayahku biasa hilir mudik Wirosari-Jakarta karena suatu keperluan, lantas sesimpel itu pula si dalang meringkas dan menjadikan 2 awalan daerah itu sebuah nama, katanya biar banyak rejeki...hee...maklumlah, saat itu bapak masih cetek pengetahuan agamanya. Tapi, aku yakin dalam lubuk hatinya besar harapan agar si anak tumbuh menjadi pribadi yang shaleh dan bermanfaat bagi orang banyak, juga banyak rejeki...

Dalam hal mendidik, mungkin
bagi sebagian orang tua sekarang, bapak terlihat sangat keras. Gak boleh maen keluar rumah waktu adzan maghrib berkumandang, no tv at tht moment, gak ada ulang tahun, bahkan kue bolunya pun gak ada yang berani makan, katanya dalam Islam gak ada perayaan ulang tahun, gak boleh nerima dodol imlek, kalo kita ikut2n berarti ikut merayakan hari raya itu, dilarang ngucapin Natal, alasannya sama kayak Buya Hamka, bahkan bertemen saja, aku sangat diwanti2 biar gak sembarangan pilih. Pernah suatu kali, gara2 aku asik maen layang2 dengan tetangga etnis cina non muslim, abangku, mas Narko kena amuk bapak. Alhasil, karena kenakalanku, abang tertabrak motor saat hendak menuntunku menyebrang. Kakinya patah. Tapi syukur alhamdulillah, sekarang sudah baik seperti sedia kala.

Yaa..begitulah, tidak ada yang lebih berharga dan kita cintai setelah Allah dan Rasul-Nya, dari keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah....rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhirati khasanah wa qinaa 'adzaabannaar...

1 komentar:

fitri mengatakan...

Fotonya kan gak cuma bapak tapi ada mama mu juga kenapa ceritanya cuma bapak y????

Tambahin lagi donk :D